Kamis, 28 Juli 2011

Karena Langit itu Jingga (Part 3)

Keesokan harinya Shal mengikuti interview di perusahaan tempat sepupunya bekerja, interviewnya berjalan lancar dan Shal pun diterima sebagai staf administrasi di perusahaan itu, Shal diminta untuk bekerja keesokan harinya. Setelah ayahnya mengetahui hal tersebut, ayahnya akhirnya mengizinkannya untuk bekerja terlebih dahulu dan menunda kuliahnya untuk sementara waktu. Hari itu juga shal dan ayahnya mencari kostan yang tidak jauh dari tempat kerjanya, ingin hidup mandiri, kilah shal saat diminta untuk tinggal bersama uwa nya. Akhirnya Sebuah kamar kost yang cukup besar pun dipilih dengan fasilitas yang lumayan kumplit, maklum shal sudah terbiasa hidup serba mudah di kuningan, jadi ayahnya pun memilihkan kamar kost yang tidak jauh berbeda dengan keadaan kamarnya di Kuningan. Sore itu setelah mengantar Shal pindahan, ayahnya segera berpamitan pulang kembali ke kuningan. Inilah kali pertama Shal tinggal sendiri terpisah jauh dari keluarganya, bagaimanapun meninggalkan kuningan dan luka batinnya disana adalah keputusan Shal, jadi apapun resikonya akan shal tanggung sendiri. Malam hari setelah merasa lelah dengan aktifitasnya hari itu, shal merebahkan tubuhnya diatas kasur lalu memejamkan matanya, namun tiba-tiba ia terkesiap karena saat ia menutup matanya tiba2 muncul bayangan sosok lelaki tegap dengan rambut tipis didagu dan berkacamata minus, yang muncul dalam benaknya, ahh ya, ustadz Farhan ternyata masih melekat sangat erat dalam benaknya. Lalu shal segera beristighfar.
"Astagfirullahaladzim, mana boleh aku menyimpan bayangan dia lagi, hari ini dia telah menjadi suami orang." ujarnya sambil mengusap buliran hangat yang mengalir dari sudut matanya. Tak lama Hp nya berderit, sebuah sms masuk.

Aku seperti matahari pagi hari ini, namun tak menghangatkan orang sekitarku, aku seperti segelas air mineral yang tak menghilangkan dahaga orang yang meminumnya. Karena sesungguhnya aku adalah matahari yang hanya akan menghatkanmu, dan segelas air mineral yang hanya akan menghapus dahagamu. -Ustadz. Farhan-

Pandangan Shal seketika nanar, ada yang memenuhi kantung matanya, butiran kristal itu seolah ingin berebut tumpah dari matanya yang indah, tangannya bergetar memegang hp nya, bahunya berguncang, ia gigit bibirnya kuat2, menahan agar tangisnya tak tumpah malam itu, namun pertahanannya runtuh. Tangisnya pecah saat itu jg membayangkan bahwa sebenarnya ustadz Farhan pun tersiksa dengan pernikahannya itu.
Shal meletakan Hp nya di samping ranjangnya, namun HP nya kembali berderit, sebuah pesan masuk lagi, ahh, selera shal menghilang, ia nampak malas membaca pesan tersebut, namun tiba2 keinginannya muncul untuk membaca pesan itu.

Dan kini akulah pria malang yang terpaksa mendzolimi diriku sendiri, kau dan juga istriku kini. Meski aku tahu disini kaulah yang paling terluka. Sungguh ukhti, andai kau minta malam ini aku untuk menceraikan istriku, maka pasti akan ku lakukan hari ini juga. - Ustdz. Farhan-

Tangisnya mulai pecah lagi, sejenak rasanya ia ingin menyuruh ustadz farhan untuk menceraikan saja istrinya, lalu segera menikahi Shal, namun sisi hatinya yang lain mengatkan tidak. Sisi lain hatinya mengatakan bahwa mereka tidak berjodoh!aku bukan untuknya dan dia bukan untukku, ujarnya membatin.
Segera ia matikan hpnya, dan mengambil air wudhu, kemudian shlat sunah 2 rakaat, setelah itu ia langsung merebahkan badannya dikasur dan tak lama ia pun terlelap.

Esok harinya,
Shal diperkenalkan sebagai karyawan baru di kantornya, hari itu menjadi hari yang sibuk bagi shal namun tetap menyenangkan, karena ia bisa melupakan semua lukanya untuk hari itu. Jam istirahat pun tiba, ia bermaksud untuk makan siang, namun ia belum punya seorang temanpun untuk makan siang, seolah memahami hal itu, sang kakak sepupu menghampirinya ke ruangannnya dan mengajaknya makan siang.
Akhirnya mereka berdua makan siang di sebuah foodcourt yang tak jauh dari kantor mereka.

"gimana hari lu shal?seneng gak kerja disini?" ujar kak Abie sambil melahap sebuah burger yang dipesannya
"hmmm, lumayan lah kak, menyenangkan" timpal Shal ringan.
Tiba - tiba dari arah yang berlawanan dari kami, ada seseorang yang manggil kak abi.
"Eh, bro, apa kabar lu?" ucapnya sambil menghampiri kak abi dan menepuk pundaknya.
"hai bro, aduh baik neh, kemane aje lu bro." ujar kak abi, seblum menjawab pertanyaan kak abi, sang teman melayangkan pandangannya pada Shal, merekapun bertemu pandang namun hanya beberapa detik, karena Shal langsung tersenyum tipis dan menundukan pandangannya.Sang teman pun nampak kikuk dengan sikap shal tersebut, seolah menyadari kekakuan yang terjadi saat itu, kak abi pun mencairkannya.

"Oh iya, bro. Kenalin nih sepupu gw namanya Shaliha, Shal kenalin ini temen kak abi, namanya Rizal."
Ucap kak abi memperkenalkan mereka. Rizal mengulurkan tangannya seraya mengucapkan ulang namanya, namun Shal dengan sopan menelungkupkan tangannya di dada saja, seraya mengucapkan namanya. Kontan kekakuan pun terjadi lagi, lalu tawa kak abi pun mencairkan kekakuan lagi,
"hahahahah, oh iya bro, gw lupa kasih tahu elu, kalo sama sepupu gw ini mah elu gak boleh nempel2 slamannya, hahha" lalu mereka pun tertawa, meskipun sebelumnya Rizal nampak terkejut karena Shal tidak menyambut uluran tangannya.
 "Gila, hari gini gitu loh, di jakarta pula, masih ada aja cewek yang gak mau nempel salamannya" ujar Rizal membatin.
Hari itu mereka tidak bisa mengobrol banyak, karena Shal dan Abi harus kembali ke kantor pun dengan Rizal yang harus kembali ke kantornya karena ada meeting.
********************************************************************************

Jam pun menunjukan pukul 17.00WIB, Shal dan sang kakak sepupu bergegas pulang meskipun beda arah, untuk pertama kalinya Shal harus berdesak desakan di busway, seorang diri pula, maksudnya tak ada seorangpun yang ia kenal disana. Namun ia tetap saja menikmati hiruk pikuk yang terjadi di busway, saat matanya sibuk memperhatikan jalanan, tiba2 dia menangkap pemandangan yang cukup mengejutkan baginya,tepat didepan matanya, seorang pria duduk dengan pakaiannya yang rapi khas eksekutif muda, namun bukan itu yang membuatnya terkejut, melainkan apa yang sedang ia genggam dan baca, sebuah Al-matsurat kecil!! "Subhanalloh, pekiknya dalam hati" bagaimana tidak, di dalam busway yang penuh sesak, masing2 penumpang sibuk dengan aktifitasnya masing2, ada yang sibuk dengan BB nya, buku, atau sekedar bergosip dengan sesama penumpang, namun tidak dengan pria itu, dia malah sibuk membaca lembar demi lembar almatsurat, Shal sedikit terkejut, bagaimana mungkin seorang pria yang tampangnya lumayan dan terlihat modern tidak merasa malu atau gengsi membaca almatsurat di busway. Shal tersenyum sendiri memikirkan keterkejutannyaa itu, namun saat ia tersenyum sendiri, tiba2 pria tersebut menengadahkan kepalanya dan melihat ke arah shal yang sedang tersenyum sendiri, seolah menyadari bahwa ada seseorang yang memandanginya sedari tadi, seketika Shal pun mengatupkan bibirnya yang kemudian membuat pipinya bersemu merah, karena pandang keduanya dipertemukan dalam beberapa detik, sebelum akhirnya mereka berdua memalingkan pandangan kembali, Sang pria yang kembali sibuk dengan almatsuratnya dan Shal yang kembali sibuk mengamati jalanan lewat jendela busway.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar