Jumat, 22 Juli 2011

Karena Langit itu Jingga (Part 1)

Pagi itu teraasa begitu indah bagi Shal dan keluarganya, hiruk pikuk di rumahnya sudah nampak dari 3hari yang lalu, maklum hajat besar sedang dipersiapkan oleh kluarganya untuk menggelar akad dan resepsi pernikahan anak pertama keluarga Taufikkurrahman, yakni Shaliha Nur Afifah. Pukul 05.00WIB pagi Shal sudah mulai didandani dengan apik oleh sang juru rias, hari itu Shal nampak begitu berbeda dengan riasan diwajahnya dan balutan jilbab putih jg abaya anggun yang ia kenakan, tiba - tiba HP nya berderit tanda BBM masuk, ah sang calon suami rupanya, Shal bersemu merah.

Faiz_Shal  : "Aku nervous.."
Shaliha** : "sama, hehehe,"
Faiz_Shal  :"Apanya yg sama, aku lah yg kudu nervous, kan mau ucap ijab qabul"
Shaliha**  :"hehe, iya dch.:) jgn salah yah ngucapnya, sekali seumur hidup nih:D"
Faiz_Shal  :"siappp kumendan :D"

Shal mengulum senyum membaca BBM dari sang calon suami, dia menghela nafas dan melepas pandangan ke arah luar jendela, hmm,,merenungi diri tak menyangka bahwa mereka - Faiz dan Shal- akan sampai pada proses ini,Menikah!ya menikah, jika melihat ke belakang rasanya hal ini tak mungkin terjadi.

Kuningan, 25 May 2009
Angin meniup ujung jilbab putih gadis berseragam putih abu itu, mata gadis itu basah sesaat setelah menatap layar hp nya, ada sesak disana. Tak lama seorang perempuan cantik berpostur tinggi menghampirinya.

"Assalammu'alaikum, shal" ucapnya sampil menyentuh tangannya, shal mendongak sedikit lalu menundukan kepalanya lagi, menyadari ada tetesan air mata yang tumpah dari mata Shal, gadis itu terkejut dan mengubah posisi duduknya.
"Ya Alloh, ukh. ada apa?kenapa nangis?" ujar perempuan bernama Via itu. Tak bergeming, Shal malah semakin menunduk dan air matanya semakin deras turun.Via melihat HP yang digenggam Shal, lalu mengambilnya lembut, diraihnya HP shal, dan betapa terkejutnya via melihat sebuah pesan masuk di HP sahabatnya itu.

Maafkan saya ukhti, tapi saya tidak bisa menunggu ukhti lebih lama lagi.saya khawatir menjadi fitnah kelak. Saya mohon maaf karena hari ini saya akan mngkhitbah seorang gadis yang menjadi pilihan keluarga saya.Afwan jiddan sekali lagi -Usdtz. Farhan-

Ahh, ternyata sms dari Ustadz Farhan yang notabene adalah guru Agama di Sekolah mereka, ya memang sudah menjadi rahasia umum bagi anak - anak ROHIS di Sekolah mereka bahwa Guru mereka yang konon super cool dan ganteng ini tertarik dengan gadis manis berkulit sawo matang ini, Shaliha. Tapi tidak ada yang tahu selain Via sang sahabat, bahwa kabar tersebut bukanlah sekedar isapan jempol semata. Ustadz Farhan memang serius tertarik dengan Shal, dan telah menyampaikan hal tersebut kepada orang tua Shal, namun orang tua Shal tidak mengizinkan mereka menikah sebelum Shal lulus SMA, awalnya Ustdz Farhan tak berkeberatan, namun entah apa yang telah membuatnya hari ini memutuskan untuk mengkhitbah gadis lain dan memutuskan proses ta'arufnya dengan Shal. Mata Via berkaca - kaca, seolah merasakan duka sang sahabat. Via nampak speechless, lalu dia memeluk sang sahabat yang masih berurai air mata.
Hari itupun terasa begitu panjang bagi Shal, setelah puas menangis dengan Via, Shal memutuskan pulang dan menceritakan semuanya kepada keluarganya, sang ibu menangis, menangis bukan karena gagal mendapatkan seorang menantu yang sholih dan tampan, tapi menangisi gadis satu - satunya itu, menangisi betapa terlukanya hati sang putri. Sementara Ayahnya tetap berekspresi datar, namun gurat - gurat kekecewaan masih nampak diwajahnya. Tak ada yang bersuara, semuanya hening setelah itu. Shal nampak sekuat tenaga tidak menangis dihadapan orang tua dan 2 adik lelakinya. Setelah hari itu, hari - hari Shal dijalani dengan biasa, semua baik - bakik saja sebelum Shal kembali bertemu secara tidak sengaja dengan sang guru di sebuah koridor di Sekolahnya.
Shal nampak berusaha tetap sopan dengan melempar sebuah senyum manis, lalu menundukan pandangannya lagi, berbeda dengan Sang guru yang nampak begitu terkejut melihat ekspresi Shal.

"Kaifakhaluk, ukhti?" ujarnya terbata sambil sesekali mnyeka keningnya yang nampak berkeringat.
"Alhamdulillah, bikhair,ustadz. hmmm, afwan saya duluan yah, mau ke Lab. komputer, Assalamu'alaikum" ujar Shal masih dengan pandangan yg tertunduk. Tetapi kemudian kata - kata sang guru menghentikan langkahnya.
"Saya terpaksa ukhti, ini adalah keinginan terakhir ayah saya, dia itu.....dia itu putri dari teman ayah saya, anti tahu kan, beliau sedang sakit?kami tidak tahu akan sampai kapan Ayah bisa bertahan, maka.." belum selesai Ustadz Farhan berbicara, Shal memotongnya.
"Afwan ustadz, tapi saya rasa sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarkan, dan ustadz tidak perlu merasa bersalah lagi, karena saya baik - baik saja, barokalloh ya ustadz" ujarnya sambil berlalu meninggalkan Ustadz Farhan yang mulai memucat, ada air mata yang menggenang di matanya yang sendu itu. Sementara Shal yang menuju Lab dengan setengah berlari, tak bisa menghentikan buliran kristal yang menyembul deras dari sudut matanya, beberapa pasang mata siswa - siswi kelas satu yang sedang duduk di depan Aula memperhatikannya, namun seolah tak peduli, Shal tetap melintas sambil sesekali menyeka air matanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar