Jumat, 22 Juli 2011

Karena Langit itu Jingga (Part 2)

Siang yang terik kala itu di Kuningan, tapi tetap terasa segar bagi siswa/ siswi kelas3 SMA Al- Hikmah kala itu, bagaimana tidak?hari itu mereka semua dinyatakan lulus ujian nasional. Mereka semua larut dalam sujud syukur yang dalam di mushola sekolah, tak terkecuali shaliha yang nampak menangis bahagia.
Via sang sahabat menariknya ke ruang sekretariat ROHIS yang berada di sisi lain mushola tersebut, meski tak mengerti ada apa, tapi Shal tetap mengikuti sahabatnya itu.

Di Ruang Rohis,
Via membuka tasnya dan menunjukan sebuah surat pemberitahuan yang menyatakan Via diterima di sebuah universitas negeri di Bandung, Via tersenyum lalu meminta pertimbangan dari sang sahabat mengenai hal itu, meski berat, karena harus tinggal berjauhan dengan sang sahabat, Shal pun mengiyakan dan mensupport Via.
Lalu Via pun menanyakan apa rencananya setelah lulus ini, Via tahu pasti bahwa rencana Shal akan berubah 180 derajat setelah ia dan ustadz Farhan batal menikah setelah kelulusan ini. Shal hanya tersenyum tanpa mau menjawab, membuat Via urung bertanya lebih jauh. Tiba - tiba seseorang diluar sekretariat ROHIS mengetuk pintu sekretariat, aahh, Ukhti Fina rupanya, adik kelas mereka, Fina tak melihat bahwa di ruangan itu juga ada shaliha, karena shal duduk dipojokan dekat dengan komputer, Fina langsung masuk dan berbicara kepada Via yang masih berdiri didepan pintu,
"Teh Via, kado buat Ustadz Farhan dan Istrinya teteh simpan dimana?" ujarnya lembut dengan tampang polosnya, namun ucapan Fina itu membuat Shal tersentak hebat, bagaimana mungkin Ustadz Farhan akan menikah dan dia tidak tahu?bukan kah mereka baru saja khitbahan kemarin?
Shal tetap diam, dalam diamnya dia berfikir, kalau Fina saja bertanya soal kado itu, berarti sahabatnya si Via itu juga tahu, kalau hari ini ustadz Farhan akan menikah, lantas mengapa Via tidak memberitahunya?ada sesak disana, namun Shal masih tetap diam.
"eh,oh,,hmm, kadonya ada di dekat komputer sana" balas Via pelan, namun tetap terdengar oleh shall meski samar, dilihatnya ke kolong meja komputer dimana Shal berada, ah ya ada sebuah bungkusan berwarna merah jambu yang telah terbungkus rapi, Shal meraihnya, namun tak satupun diantara Fina danVia yang mengambil kado tersebut, Fina yang seolah telah tahu bahwa Shall juga ada diruangan itu tiba2 terdiam tak bersuara, lalu Shal mengambil inisiatif dengan membawa kado itu dna menyerahkannya kepada Via.
"Ini Vi, kadonya"ucap Shal dingin dengan tatapan yang sulit diartikan,
"eh ada teh Shal,eng,,afwan teh, fina gak tahu ada teteh disni"ucap fina terbata2, Via mulai pucat, tak enak karena tak memberitahu Shal lebih awal perihal pernikahan ustd.Farhan,
"Ah, gak apa2, Fin. emang kenapa kalo ada teteh?sudah yah teteh duluan, Assalammu'alaikum" ucap Shal tanpa menatap Via. Sesaat hening melingkupi ruangan berukuran 2 x 2 m itu, ada sesal dihati Fina dan Via saat itu. Namun itu tak berlangsung lama, karena Via langsung menyusul Shal yang kala itu langsung pulang ke rumahnya.
Di rumah shall,
Via sesenggukan melihat Shal yang terus diam dan tak menjawab pertanyaannya, orang tua shall yang bingung dengan mereka akhirnya memberanikan diri menguping obrolan Via dan Shall di kamar Shal.
"Shal, afwan,,aku gak bermaksud nutupin ini semua dari kamu, shal, beneran dech" ujar via, shall masih saja membenamkan wajahnya dengan bantal, semntara diluar pintu kamar Shal kening orang tua shal berkerut, tak mengerti apa yang sedang kedua remaja itu bicarakan.
"Shaalll, aku takut aja kalo aku kasih tahu hari ini ustadz farhan nikah, kamu bakal sakit lg kayak dulu." ucap Via setengah terisak, Ayah shal seketika langsung berdiri tegak dan hendak menerobos masuk kamar putrinya, namun sang ibu menahannya, "istighfar, pah. Udah biarin aja, emank bukan jodoh kali"
"iya, papa tahu, tapi shal gak seharusnya jadi muram begitu, itu lagi si Via kenapa juga ngasih tahu kalo sih ustadz itu mau nikah hari ini?!" ucap Ayahnya penuh emosi, dan suara ayah Shal itu pun terdengar hingga ke kamar Shal, Shal membuka kamarny.
"Pa, Shal gak muram kok, shal juga gak sedih, shal udah ikhlas klo ternyata hari ini ustadz farhan menikah,jadi papa sama mama gak usah ngeributin hal ini lagi yah." ucap Shal lembut namun tegas, semua tahu bahwa Shal bohong jika ia mengatakan ia tidak sedih, namun orang tuanya berusaha mempercayainya. Via memeluk shal dan meminta maaf dengan sungguh2, lalu pamit karena harus menghadiri resepsi pernikahan Ustadz Farhan.
Semula Shal memaksakan diri akan menghadiri walimatul ursy ustadz Farhan, namun ayahnya menolak keras dan mengajak Shal hari itu juga untuk pergi ke Jakarta, mengurus pendaftarannya disebuah universitas swasta di Jakarta. Shal tidak bisa menolak perintah Sang ayah, siang itu mereka pergi ke jakarta dengan menumpang sebuah bis jurusan Jakarta. Dalam perjalanan, Hp shal berderit, sebuah pesan masuk, dalam hati shall berharap agar jangan sampai sms itu dari Ustadz Faridz.

Shal, udah lulus yah lu?gw denger bahasa inggris lu bagus, masukin lamaran dikantor gw dech, lagi butuh orang tuh, lumayan lagi -Kak Abie-
Ah sepupunya rupanya, untung saja, gumamnya dalam hati, Ayahnya bertanya lalu shal berikan hp nya kepada ayahnya, beliau tidak langsung menjawab lalu lekat - lekat menatap sang putri.

"Papa sih terserah kamu shal, kan kamu yang mau njlani, tapi kalo menurut papa sih, kuliah dulu aja lah shal" ucap Sang ayah lembut, tapi sisi Shal yang lain tiba2 menginginkan untuk mencoba kesempatan itu, dia berfikir sejenak, sepertinya tidak ada salahnya, toh kuliah pun masih lama mulainya, kenapa gak dicoba aja, bathinnya berspekulasi, lalu dengan mantap Shal menjawab.
"Shal coba nglamar aja pa, gak ada salahnya lah nyobain pa, toh ini hal positif" ucapnya sambil mengulas senyum tipis. Sang ayah yang semula keberatan pun akhirnya mengiyakan.

Setelah 6 jam..
Akhirnya mereka tiba di rumah kerabat Ayahnya di daerah Kebun jeruk Jakarta Barat. Mereka senang dengan kedatangan Shal dan Ayahnya, setelah beristirahat sebentar, Shal langsung mempersiapkan hal - hal yang diperlukan untuk besok interview di perusahaan tempat sepupunya bekerja.
Esoknya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar