Kamis, 19 Juli 2012

I

"KLIK" ku akhiri perbincangan kami sore itu lewat ponsel, ada kesal yang menggelayuti hatiku, mendung mengambang di pelupuk mata. Jariku masih mampu ku kuat - kuatkan untuk menulis kata - kata yang terkesan manis dan bahagia. Meski sesungguhnya aku ngilu, ya ngilu diris sembilu rindu yang entah sudah sejak kapan menggumpal di hatiku. Mas pasti sedang lelah, ya begitu selalu fikirku, ia sibuk hingga ia tak mau barang sebentarpun mengunjungiku. Tapi sisi lain egokupun mencuat, lalu mengapa untuk sekedar menemaniku ngobrol di telpon saja pun Mas nampak ogah?ia hanya membiarkanku menabung rindu lewat teks - teks menyedihkan akhir - akhir ini saja. Ah, Mas tahukah kau?aku setengah mati berusaha mengerti dirimu dan kehectican yang kau jalani sekarang, kadang aku tak mengerti mengapa untuk sekedar menyapaku dipagi haripun kau enggan lakukan?apa lagi menelponku ketika malam menjelang dan aku hendak tidur, mana mau kau menelponku hanya untuk mengucapkan selamat tidur untukku. Manja? ah tidak kurasa, aku begini karena bagiku, telpon & pertemuan denganmu kini menjadi barang paling mewah yang bahkan jadi terlalu sulit untuk ku dapati, entah harus ku bayar dengan apa. Satu kota saja semua hal itu nampak begitu mewah bagiku, apa lagi bulan depan dan seterusnya, saat waktu mulai dengan bengis menyayati hatiku dengan rindu yang menggunung untukmu, sementara temu dan suaramu yang baik - baik saja tak mampu ku dapatkan. Mas, satu - satunya hal yang dapat menghiburku jika dalam keadaan seperti ini hanyalah pesanmu tempo hari ,

"Tak apa kita jarang bertemu, yang penting secepatnya kita bisa bersama - sama terus"

Ah, ya. Aku menguatkan diriku sendiri dengan kata - katamu itu, karena aku tahu kesibukanmu selama ini tak lain adalah untuk memenuhi impian kita 2tahun mendatang, demi beberapa mimpi yang kita miliki dan sedang coba kita wujudkan. Iya kan, Mas?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar