Kamis, 10 Januari 2013

Bertepukkah kita?

Aku tahu ada yang tidak beres dengannya, dengan kita.
Meski tak mau menebak apa yang menjadi biang perkaranya.
Dia 6bulan yang lalu, sungguh nampak berbeda dengan dia kali ini.
Selfish, workaholic, dan no passion on our future.
Jarak, ah iya ia menjadi musuh terbesar kita.
Spasi pun tak ayal harusku ciptakan sendiri, agar ia mengerti bahwa cinta bukan sebuah hubungan yang bisa dipertahankan oleh 1 pihak saja, tapi oleh ke 2 belah pihak.
Bukan aku tak sudi jika aku harus terus menerus menjadi pihak yang satu - satunya berjuang mempertahankan ini semua. Namun bukankan bertepuk itu harusnya dengan kedua tangan?
Seyogyanya cinta tak se-sederhana yang ia tafsirkan, juga tak serumit yang ku gaungkan. Karena itu komunikasi yang baik, kerelaan waktu berbagi yang cukup sangat diperlukan untuk menjadikan cinta itu sesuai porsinya.
Ah, entahlah aku pun sudah lelah meracau dan terus mengiba padanya agar ia mau memandangku tidak dengan sebelah matanya. Agar ia mengerti bahwa aku lelah berjuang sendiri, agar ia kemudian Alloh gerakan untuk menjadi dia yang bersamaku 6bulan lalu.
Getir, iya getir ini harus selalu ku telan sendiri demi citra baik yang orang tua ku tahu tentangnya. Apapun yang terjadi baik buruk tentangnya, tentang kita, tak akan ku ceritakan pada orang tuaku. Karena dia adalah pilihanku, tak mungkin aku "meludahi" pilihanku sendiri.
Aku tak mau memaksa menjadi apa yang ku ingingkan, biarlah mengalir apa adanya sesui skenario-Nya yang ku yakini betul baik adanya bagiku, bagi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar