Selasa, 02 Agustus 2011

It's All About My best Ex


Katakanlah aku cuma sekedar mengenangnya aja, mengenang ala kadarnya saja. Sekedar mengenang bahwa dia pernah menjadi sosok calon suami yang begitu dewasa bagiku, dengan pembawaan tenang dan penampilan yang menunjukan kelasnya. Sosoknya yang hangat, senyumnya yang selalu mengembang saat dia menggoda ku jika aku sedang bicara padanya tapi aku tak memandangnya. Hehehe, aku masih ingat betul bagaimana caranya memperlakukanku saat kami hendak naik taksi bahkan bajay sekalipun, dia benar – benar membuat aku merasa special. Siapa sangka dibalik sosoknya yang pendiam dimata orang – orang sekitarnya, dia punya selera musik yang tak jauh berbeda denganku, aku masih ingat dia pernah bilang “kalau kamu masih ragu sama aku, dengerin aja lagunya yellow card yang only you” aku mengernyitkan dahiku, karena aku tahu isi lagu itu kurang relevan dengan keadaan kita, which is aku ini pacar barunya bukan masa lalunya, tapi aku tetap menghargainya, mungkin maksudnya adalah ia ingin aku tahu bahwa, aku adalah satu – satunya wanita yang ia cintai –saat itu-. Selama kami berpacaran, aku menjadikan lagu itu sebagai ringtone ku. Jadi sekarang jika aku mendengar lagu itu, maka aku terkenang akan sosok dirinya juga dengan momen – momen indah yang tiba – tiba menari – nari begitu saja dibenakku saat lagu itu mengalun, pun dengan lagu – lagu adele. Sebenarnya lagu adele lebih punya power kenangan yang besar bagi dia dan mantannya sebelum aku, tapi entah kenapa aku selalu merasa bahwa Adele itu adalah dia sekali, sementara Secondhand serenade itu adalah Amie sekali.

 Amie adalah my best ex boyfriend ever, sosok yang selalu jadi orang terakhir yang mau mengerti aku, mengalah, mengajarkan aku apa itu arti ketulusan dalam menjalin sebuah hubungan. Sosok yang tidak banyak menuntu terhadapku, dan malah lebih sering aku tuntut untuk lebih dewasa menghadapi aku yang childish padahal umur kita hanya terpaut satu tahun, dia satu tahun lebih tua dariku. Amie adalah sosok yang merepresentasi cinta pertama ku semasa SMA, meski bukan pacar pertama tapi Amie adalah sosok yang bias membuat aku benar – benar merasakan apa itu cinta, cinta yang tak menuntut balas dan hanya memberi. Itulah yang sempat aku jalani selama SMA dulu, mencintai Amie tanpa berbalas darinya, lalu kemudian kami putus dan aku tetap mencintainya, hingga saat ia sadar bahwa tak ada yang mampu mencintainya sehebat itu selain aku, maka akhirnya dia memintaku kembali saat aku sudah hijrah ke Jakarta dan baru putus dari sahabatnya. Kami kembali berpacaran, kali ini kami serius, ingin membawa hubungan kami ke gerbang pernikahan, kami tidak bermaksud menikah cepat, tapi kami berniat untuk menikah setelah dia benar2 settle secara financial, dalam arti kapanpun kami menikah pacarku tetap dia, dan pacarnya tetap aku, kami sepakat untuk memulai semuanya dari awal, tapi ternyata ibuku tidak menyetujui kami dengan alasannya sendiri, hingga akhirnya aku istikharoh dan sampailah aku pada keputusan untuk putus dengannya, dan tak lama aku diperkenalkan pada sosok yang aku ceritakan di atas sebelum Amie tadi.

Aku memposting tulisan ini semata – mata karena aku sedang terkenang mereka saja, tidak ku tulis semua memang soal mantan – mantanku, aku hanya menulis tentang 2 sosok mantan kekasih dan mantan calon suami terbaik yang pernah aku miliki.
Dimanapun kalian, aku harap kalian baik – baik saja, meski aku tak mau mendahului takdir, tapi aku memang berharap kita memang tidak pernah dipersatukan lagi dalam satu hubungan selain pertemanan saja. Karena bagiku, mengapa kita dipisahkan sekarang adalah karena Tuhan Maha Tahu bahwa aku tak baik untuk kalian.  Semoga Allah memberikan kalian dan aku pasangan yang terbaik dari Sisi-Nya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar