Rabu, 21 September 2011

Senja di Kuningan (4)

Pagi itu aku langsung tiba di kantor sesuai perintah Mbak Laras, PMku. Dia menatapku sekilas dan memberi kode padaku untuk segera ke ruang meeting mempersiapkan bahan untuk meeting hari ini.
"Sorry yah, Nenk. gw suruh lu balik cepet dari cuti lu, abis lu tau kan gw gak bisa bahasa inggris, ntar gimana kalo gw cengok selama meeting, secara yang datang itu kan langsung dari country management singaporenya." Ucap Mbak Laras saat aku membuka file logistic ku.
"Nggak apa - apa mbak, gw kan bisa cuti lagi nanti." Ujar ku sambil melempar senyum tipis.
Tidak sampai 10 menit, orang vendorpun datang, kami memulai meeting itu.

***********************************************************************
Jam makan siangpun tiba, kabar kedatanganku ke Jakarta ternyata sampai juga ke telinga Mas Andra, dia mengirimiku BBM :

Andra : Kamu uda balik ke jakarta?
Falisha: sudah
Andra: Kok gak bilang aku?
Falisha: Emang kenapa?
Andra: Duh, jangan kayak anak kecil dech.
Falisha: Maksudnya?
Andra: Iya, kamu ngambek gitu sama aku sampe - sampe gak ngasih kabar kamu uda balik.

Aku tertegun, masih memikirkan apa sih yang ada di otaknya itu, bukankah kami sudah putus, dan diapun sudah berkata - kata seolah kami memang sudah berakhir kemarin saat aku di Kuningan, lalu kenapa sekarang dia bersikap seolah tidak ada apa - apa. Lama tak ku balas BBMnya, hingga kemudian...

Andra :PING!!!
Falisha: Kita kan sudah nggak ada hubungan apa - apa lagi kan sejak aku pulang kemarin, jadi kayaknya tidak ada kewajiban buat aku kasih tau kamu apa - apa lagi. 
Andra : Oh, jadi kamu beneran mau putus?!!OK fine, inget yah bukan aku yang mutusin kamu, tapi kamu yang mutusin aku!!jangan nyesel!!


Astagfirullah, ini kah?ini kah laki - laki yang pernah akan menikahiku?laki - laki yang pernah akan menjadi suamiku?begitu arogant dan kekanak - kanakan dalam usianya yang sudah matang. Ya Allah, terimakasih telah membuat kami berpisah, ya hanya itu yang ada difikiranku saat itu, sungguh aku tak habis fikir.
Aku memutuskan untuk pergi makan ke food court dekat kantorku bersama Mbak Laras, mencoba menikmati menu makan siangku hari itu.
"Eh, nenk. btw itu cincin lu mana say?yang dari Andra?" Ucap Mbak Laras saat aku meneguk jus alpukat ku hingga aku nyaris tersedak. Aku tak menjawab dan hanya tersenyum penuh arti padanya, seolah memahamiku, Mbak laraspun berujar.
"Bagus dech nenk, jujur aja sih, sebenernya waktu lu cerita mau seriusan sama si Andra, dan gw juga ketemu sama dia, gw udah gak suka lu sama dia, Nenk." ujar Mbak laras membuatku bingung, "Lah emang kenapa, Mbak?kenapa mbak nggak bilang sama aku?" tanyaku cepat.
"Iya, dia itu gimana yah, arrogant nya keliatan banget. Ya pkoknya gw gak sreg aja gitu waktu lu kasih tahu, gw pengen kasih tahu lu, tapi gw gak enak sama lu, gw fikir nanti aja dech gw kasih tau gitu, tapi syukur dech kalo lu putus, heheh" jawab Mbak Laras yang mendukung keputusanku mengakhiri hubunganku dengan Mas Andra, lalu tiba - tiba sebuah sms masuk ke HP ku.

Bagus dech kalo akhirnya kalian putus, karena saya juga gak akan pernah ridho kalo kalian menikah nanti, My son is more precious than everything, and he deserve with someone better than you!!! -080000XXX-

Tenggorokanku tercekat, seperti ada duri rasanya, sakit aku membaca smsnya, meski tidak ada nama pengirimnya, tapi aku tahu siapa pengirim sms itu, air mataku menggenang seakan siap tumpah, Mbak Laras memergoki aku yang hendak menangis, ia bangkit dari tempat duduknya dan meraih Hp ku, lalu kemudian beristighfar dan memelukku erat, ya tangisku pecah saat ia memeluku, bahuku berguncang, kini mereka yang tak menyukai hubunganku dengan Mas Andra bisa bahagia kami telah berakhir. Lama aku dan Mbak Laras di food court itu, hingga kemudian kamu memutuskan untuk kembali ke kantor setelah aku merasa lebih baik. Hari itu juga, aku memutuskan untuk memulai hidup baruku, hal pertama yang aku lakukan adalah mendelete PIN BB Mas Andra, lalu akupun mengganti SIM cardku, semua akses yang memungkinkan menghubungkanku dengan Mas Andra dan keluarganya aku tutup, hal ini ku maksudkan agar kami tidak lagi bersinggungan demi kedamaian bersama. Aku terlalu terpukul, terlalu trauma untuk berkaitan lagi dengan Mas Andra ataupun keluarganya. Malam hari saat aku tiba di kostanku, sebuah BBM masuk, ah mbak Laras rupanya.

Larasati _DEF : Fal, lu besok boleh cuti lagi 3 hari, kali ini gw yang ngajuin sama Mr. Jang, dan udah di Acc sama beliau, have a nice hoiday ya dear!!be strong!! you deserve with someone the best!! *hug

Ahhh ingin memeluk Mbak Laras rasanya saat ia mengabarkan hal itu, lalu dengan cepat ku ketik BBM untuknya.

Falisha: Ah, mbak ku sayang, tengkiyu berat yah. *hug

 Aku segera mengontak PO bus langgananku, ku cek jadwal keberangkatan jam 3pagi ke kuningan, agar aku bisa sampai di kuningan pagi itu juga, dan alhamdulillah ternyata ada, aku segera berkemas dan mengabari orang tuaku di kuningan.

**************************************************************************
Orang tuaku nampak gembira melihat kepulanganku kembali ke kuningan, meskipun sangat melelahkan bagiku, tapi aku rasa lebih saat ini aku lebih baik berada di kuningan, daripada di jakarta. Fatur mengajakku menghadiri sebuah acara talk show remaja yang diadakan di Mesjid Agung Kuningan Syiarul Islam, maklum fatur hari itu tampil sebagai tim nasyid pengisi acaranya, tanpa fikir panjang, akupun mengiyakan. Siang itu tanpa sempat beristirahat, aku menemai fatur ke acara itu, namun sesampainya di Mesjid Agung, kami berpisah, karena dia harus GR di sekretariat mesjid itu, baiklah aku pun langsung menuju lantai 2 untuk melaksanakan shalat dzuhur, karena tadi aku tak sempat sholat di rumah. Lalu saat ku tapaki anak tangga demi anak tangga,lamat - lamat aku mendengar suara anak kecil yang sedang menangis.Ku cari arah suara tangisan itu, ahh ketemu, dibalik pintu kaca mesjid itu seorang anak kecil laki - laki sedang memeluk lututnya sambil terus menyeka air matanya, tanpa fikir panjang, aku segera menghampirinya.
"Aduh, ade kenapa sayang?" ucapku lembut sambil menyentuh bahunya, ya tak lebih dari 5 tahun pasti anak ini.
"Ami lasya mana, Amah?" ujarnya dengan terbata - bata mentapku, ah tapi Ami?ami siapa?akut tidak mengenalnya, lalu Amah, dia memanggilku amah, mungkin karena dia cadel jadi dia memanggilku Amah, yang dia kira mama nya, begitu fikirku.
"Kamu namanya siapa syang?" tanyaku kemudian sambil berusaha membuatnya berhenti menangis.
"Aku, Lasya, amah" katanya sambil kemudian memelukku seperti menemukan orang yang aman.
"Lasya kesini sama siapa tadi, sayang?uda berapa jam disini terus?" tanya ku kemudian.
"Tadi aku kesini sama Amiku, gak tau dali jam belapa" ucapnya dengan cadelnya sambil mendongakan wajahnya menatapku setelah berhenti menangis.
"Hmmm, emang si ami lagi kemana sayang?" tanya ku lagi.
"Tadi Ami lagi baca qul'an ditempat sholat, telus aku lali - lali aja, eh kejauhan, pas aku balik ke ami lagi, aminya nggak ada." ujarnya polos.
Aku menghela nafas, bingung mau mencari kemana si Ami itu agar rasya bisa betemu dengan si Ami. Ku edarkan pandangan ke sekeliling mesjid, ku cari sosok Ami itu, yang ada dibenakku adalah laki - laki atau perempuan yang mungkin masih ABG karena, rasya memanggilnya tanpa sebutan aa atau teteh. Ku lirik jam di lengan kiriku, astagfirullah sudah jam satu dan aku belum sholat dzuhur, ku tuntun Rasya ke tempat sholat perempuan, sambil berpesan padanya untuk tidak beranjak dari sampingku selama aku sholat jika ingin ku bantu menemukan si Ami itu. Rasya pun mengangguk cepat dan menuruti kata - kataku. Selesai sholat, aku menatap rasya yang mengamati sekelilingnya, sepertinya masih mencari - cari sosok si ami. Lalu saat aku hendak mengajak Rasya mengelilingi mesjid untuk mencari si Ami, terdengar suara dari speaker di lantai satu mesjid agung,
"Mohon bantuannya kepada siapapun yang menemukan seorang anak laki - laki yang kurang lebih berumur 5tahun, dan memiliki tahi lalat di dagunya, dan bernama Muhammad Rasya, harap untuk segera mendatangi sekretariat mesjid agung di lantai satu." aku langsung melirik rasya, ah iya dia memang sosok yang dicari, namun mengapa suara laki - laki yang mengumumkan hal tadi membuat jantungku berdegup lebih kencang yah. Aku langsung membawa rasya ke lantai satu seperti yang di announce tadi, ku lihat beberapa remaja seusia fatur sedang berkumpul di depan sekretariat remaja mesjid mesjid Agung, ku lihat seseorang menghampiri kami, pria berkacamata minus...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar