Selasa, 23 Agustus 2011

Then tell me, what should I do? didn't you think that this burden too high for me?
Astagfirullah...

Dan jujur saja ketika dalam keadaan seperti ini, disaat muhrim dari keluarga tak bisa mengeluarkan ku dari situasi yang sangat tidak nyaman ini, maka aku membutuhkan sosok muhrim lain, yaitu suami. Aku miris, hanya bisa tersenyum getir, tidak kah aku terlalu muda untuk memimpikan menikah dengan sosok ikhwan yg ku cintai dan mencintaiku karena Alloh?hehehe, yang benar saja!
Saat ini aku memang tidak memiliki sosok pria selain adik2 ku yang aku cintai, karena aku sudah memutuskan untuk meluruskan niatku untuk berhenti mencari my future husband dari jalan yang tidak Rosul contohkan. Rabb, bukankah seorang perempuan itu memang tidak diperbolehkan pergi tanpa mahramnya?paling tidak ia harus pergi dengan ditemani oleh Ayah atau saudara laki - lakinya kan?atau jika ia sudah menikah, maka suaminyalah yang harus menemaninya, lalu bagaimana jika dengan case ku ini? Seorang gadis remaja berusia 19 tahun, yang tinggal terpisah dengan 2 adik kesayangannya dan sang Ibu, yang hanya tinggal bersama ayahnya, sementara saat ia hendak pulang ke kuningan tercintanya, sang ayah sedang dalam keadaan murka atasnya, hingga tak mungkin ia pergi dengan ditemani sang ayah. Lalu bagaimana aku harus bersikap?haruskah aku pergi sendiri?atau merendahkan diriku dengan mengemis pada ayahku untuk menemaniku pulang? Akhirnya aku hanya bisa membayangkan, jika saja aku sudah menikah, pasti saat ini suamikulah yang akan menemaniku pulang dengan suka rela. Tentu saja ini pemikiran yang bodoh, bagaimana bisa aku punya suami, sementara aku tak pernah berproses dengan ikhwan manapun. heheheh.
Ya Rabb, sepertinya engaku sedang menampar pipi chubby ku dengan masalah ini, aku tahu setelah ini Kau akan membelai pipi chubby ku, karena Kau selalu sediakan masalah satu paket dengan Penyelesaiannya. Rabb, belai pipiku lagi, seka air mataku, dekap aku erat, sungguh limbung rasanya aku karena ini, Rabb haruskah aku meninggalkan jakarta dengan luka lagi, seperti bulan May kemarin? Sungguh Rabb, aku tak ingin menangis lagi dalam bis ketika bis mulai bergerak meninggalkan jakarta.
Aku tak ingin meninggalkan jakarta dengan luka lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar