Rabu, 14 September 2011

Dan memang sudah seyogyanya, bahwa sebuah kapal hanya boleh dikendalikan oleh satu nakhoda. Karena jika terdapat 2 nakhoda di dalamnya, maka awak kapal pun akan kebingungan, perintah siapa yang harus mereka patuhi jika terjadi perbedaan argument antara ke 2 nakhoda tersebut. Ya, awak kapal akan limbung, karena perbedaan visi dan misi yang ke 2 nakhoda itu miliki dan bukan tak mungkin jika hal tersebut berangsur terus menerus, sementara ke 2 nya tidak pernah bertemu pada satu pemikiran, maka  kapal itu kemudian akan oleng dan karam di lautan lepas yang ganas itu. Yang parah adalah jika salah satu nakhoda memiliki ego yang tinggi, dan tidak cukup berani mengakui kesalahannya jika instruksi yang telah ia serukan nyaris membuat kapal tenggelam, dan karena egonya yang tinggi ia melemparkan kesalahan itu pada awaknya yang tidak tahu menahu tentang perkara itu. Sedih. Jika memang hal tesebut tidak ditanggulangi, maka karamnya kapal hanya tinggal menunggu waktu saja. Karena itu sungguh sangat penting agar sebuah kapal hanya perlu dikendalikan oleh SATU nakhoda saja, seorang nakhoda yang tegas, adil, berani menanggung resiko atas instruksinya, juga seorang nakhoda yang merakyat, yang bisa mengerti kondisi awak kapalnya dan mementingkan keselamatan bersama.
Seorang nakhoda yang gigi analaogikan sebagai PEMIMPIN DARI SURGA. Ya, kami merindukan sosok nakhoda itu, nakhoda yang juga harus takut terhadap Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar